Kita tentu pernah mendengar kisah seorang pelacur yang masuk surga gara-gara memberi minum kepada seekor anjing yang kehausan. Kita juga pernah mendengar kisah seorang pembunuh yang telah membunuh 100 orang akhirnya masuk surga karena tobat. Tambahan lagi kisah seseorang yang tertarik pada agama Islam dan mengutarakannya kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian setelah diberi wejangan Kanjeng Rasul, dia langsung terjun ke medan jihad dan menemui syahid. Spontan.
Ada juga jalan lain menuju surga. Bilal masuk surga karena kedawaman (kesinambungan)-nya dalam mengerjakan sholat sunnah setiap kali selesai wudhu.
Ada juga yang amalan hariannya biasa-biasa saja, bahkan sampai seorang sahabat yang ingin tahu rahasianya sehingga dia disebut Rasulullah SAW dengan sebutan ahli surga (padahal masih hidup) sampai menginap selama tiga hari di rumahnya agar mengetahui rahasianya hampir putus asa. Dia tidak menemukan amalan unggulan sang ahli surga itu, sehingga sang ahli surga mengatakan bahwa dia setiap sebelum tidur dia memaafkan saudara-saudaranya dan tidak mendengki kepada orang lain.
Begitu banyak jalan menuju surga. Akan tetapi, manusia tidak akan bisa menempuh semua jalan itu. Yang diperlukan cukup satu jalan saja, entah lewat jalan yang mana. Jika kita kuat berpuasa, maka di situ ada jalan menuju surga. Jika kita kuat bangun malam, di situ ada jalan menuju surga. Jika kita punya banyak harta, di situ ada jalan masuk surga. Jika kita mempunyai ilmu, di situ ada jalan menuju surga. Jika kita mempunyai orang tua, di situ ada jalan menuju surga. Dan masih banyak lagi jalan menuju surga yang lain.
Kita perlu mengenali potensi kita di mana. Jika kita memang kuat berlapar-lapar ria, mungkin jalan kita ke surga melalui puasa. Jika kita kuat begadang malam-malam, maka bangun malam bisa jadi sarana menuju surga. Begitu juga, jika kita miskin papa, maka jangan menempuh jalan menuju surga dengan sarana harta kita.
Jika diibaratkan dengan mata pelajaran sekolah, maka kita cukup mengejar satu mata pelajaran yang paling berpotensi mendapatkan nilai raport tertinggi. Di situlah kita curahkan segenap kemampuan kita agar mendapatkan nilai raport yang maksimal, nilai 10 (sepuluh).
Bagaimana dengan mata pelajaran yang lain? Cukup mendapatkan angka 6 (enam). Arti angka enam ini adalah kita melaksanakan perintah Allah yang wajib-wajib saja, atau tidak berbuat maksiyat yang menjadikan nilai raport kita menjadi merah. Memang lebih bagus lebih tinggi daripada nilai enam. Tetapi, yang perlu ditekankan di sini kita menspesialisasikan diri kita pada amalan unggulan kita sampai kita mendapatkan nilai tertinggi.
Perlu diingat bahwa seseorang masuk surga itu bukan karena amalnya, akan tetapi karena rahmat Allah SWT. Rasulullah pun masuk surga karena rahmat Allah. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar